Minggu, 23 September 2012

Pembuatan Kompos


Pembuatan Kompos
                                                       Oleh : Yayu Yuliawati
A.  Definisi Kompos
Kompos merupakan hasil perombakan bahan organik oleh mikrobia dengan hasil akhir berupa kompos yang memiliki nisbah C/N yang rendah. Bahan yang ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar 30, sedangkan kompos yang dihasilkan memiliki nisbah C/N < 20. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N jauh lebih tinggi di atas 30 akan terombak dalam waktu yang lama, sebaliknya jika nisbah tersebut terlalu rendah akan terjadi kehilangan N karena menguap selama proses perombakan berlangsung. Kompos yang dihasilkan dengan fermentasi menggunakan teknologi mikrobia efektif dikenal dengan nama bokashi. Dengan cara ini proses pembuatan kompos dapat berlangsung lebih singkat dibandingkan cara konvensional.
Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Yang dimaksud mikrobia disini bakteri, fungi dan jasad renik lainnya. Bahan organik disini merupakan bahan untuk baku kompos ialah jerami, sampah kota, limbah pertanian, kotoran hewan/ ternak dan sebagainya.


B.  Standarisasi Pembuatan Kompos
Dengan mengetahui bahwa kualitas kompos sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan, sedangkan proses pengolahan kompos sendiri sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan perbandingan C dan N bahan baku, maka untuk menentukan standarisasi kompos adalah dengan membuat standarisasi proses pembuatan kompos serta standarisasi bahan baku kompos, sehingga diperoleh kompos yang memiliki standar tertentu. 
Setelah standar campuran bahan baku kompos dapat dipenuhi yaitu kelembaban ideal 50 – 60 persen dan mempunyai perbandingan C / N bahan baku 30 : 1, masih terdapat hal lain yang harus sangat diperhatikan selama proses pembuatan kompos itu berlangsung, yaitu harus dilakukan pengawasan terhadap:
Temperatur, Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 60 0C). Selama pengomposan selalu timbul panas sehingga bahan organik yang dikomposkan temparaturnya naik; bahkan sering temperatur mencampai 60 0C. Pada temperatur tersebut mikrobia mati atau sedikit sekali yang hidup. Untuk menurun­kan temperatur umumnya dilakukan pembalikan timbunan bakal kompos.
Kelembaban, Kelembaban timbunan bahan kompos. Kegiatan dan kehidu­pan mikrobia sangat dipengaruhi oleh kelembaban  yang cukup, tidak terlalu kering maupun basah atau tergenang.
Odor atau Aroma, dan
pH, proses pengomposan kebanyakan menghasilkan asam-asam organik, sehingga menyebabkan pH turun. Pembalikan timbunan mempunyai dampak netralisasi kemasaman.
Menurut Sulaeman (2006), setiap bahan organik yang akan dikomposkan memiliki karakteristik yang berlainan. Karakteristik terpenting bahan organik dan berguna untuk mendukung proses pengomposan adalah kadar karbon (C) dan nitrogen (N), hal ini karena karbon akan digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi sementara nitrogen untuk síntesis protein.  Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang bermuatan negatif dalam bentuk NO3- dan positif dalam bentuk NH4+. Selain sangat mutlak dibutuhkan, nitrogen dapat dengan mudah hilang atau menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Ketidaktersediaan nitrogen dari dalam tanah dapat melalui proses pencucian (leaching) NO3-, denitrifikasi NO3- menjadi N2, volatilisasi NH4+ menjadi NH3 (Muhklis dan Fauzi, 2003).
Penambahan pupuk kompos pada tanah dapat meningkatkan persediaan unsur hara, akan tetapi unsur tersebut mudah menjadi tidak tersedia khususnya nitrogen. Penambahan pupuk kompos disertai zeolit mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara (Estiaty, 2002). Penggunaan zeolit di bidang pertanian terutama untuk jenis klinoptilolit sudah banyak menunjukkan hasil berupa peningkatan ketersediaan unsur nitrogen di dalam tanah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini disebabkan adanya efek zeolit terhadap kapasitas penyerapan dan penyimpanan amonium yang ada pada pupuk dan tanah (Fitrah dan Harahap, 2006). Menurut Suriadikarta dan Adimihardja (2001) pembenaman urea ke dalam lapisan tanah sawah menentukan kehilangan nitrogen berupa amonium (NH4+), akibat terbawa air atau menguap sebagai gas amonia (NH3). Adanya sifat selektif zeolit dalam menyerap senyawa nitrogen dimanfatkan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan urea. Pada takaran yang sama, urea-zeolit menunjukkan kehilangan nitrogen yang lebih rendah daripada urea tablet tanpa zeolit. Pada penggunaan zeolit 2,5%, 4% terhadap kompos akan meningkatkan kandungan unsur hara makro (Anonim, 2007).
C.  Fungsi Pupuk
Kompos bisa dibuat dari berbagai majcam sisa tumbuhan yang sudah tidak aktif (mati) tetapi masih bermanfaat jka kita olah sedemikian rupa, sehingga bisa dimanfaatkan salah satunya sebagai berikut :
1.      Merangsang tanaman agar tumbuh bagus (subur)
2.      Menambah dan menyuburkan tanah
3.      Meningkatkan mutu dan hasil tanaman

D.  Cara Pembuatan Kompos
Pembuatan pupuk kompos dapat dilakuakan dengan berbagai macam cara salah satunya bisa di buat dari sisa-sisa daun yang sudah lapuk.
1.      Kumpulkan daun yang bersifat alamiah dean bisa diuraikan dalam tanah
2.      Kumpulkan sampah tersebut dalam wadah (ember, plastik dll)
3.      Setelah terkumpul biarkan biarkan beberapa hari, tapi sebelumnya wadah tersebut ditutup tujuannya untuk menghindari pencemaran
4.      Setelah pupuk kompos terbentuk, bisa dipaki untuk menyuburkan tanah

http://akuinginhijau.files.wordpress.com/2007/12/komposter_rumah_inside.jpg 
Selamat Mencoba!!!!
Keep Spirit and keep Smile^^
GANBATE KUDASAI!!!
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar