Jumat, 19 Oktober 2012

Kamis, 18 Oktober 2012

UNTUKMU PARA PEJUANG


Disini negri kami
Tempat padi terhampar
Samuderanya kaya raya..
Tanah kami subur luas
Di negeri permai ini
Berjuta rakyat bersimbah luka
Anak kurus tak sekolah
Pemuda desa tak kerja
Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar ....
Bunda relakan darah juang kami
Untuk membebaskan  rakyat
Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar ....
Bunda relakan darah juang kami
Padamu kami berjanji...
Padamu kami berjanji...
Padamu kami berjanji...
**Memory bersama teman-teman Para aktivis kampus UNTIRTA 2007
Ku persembahkan buat  2 orang bapak satpam IPB yang di tembak Hingga tewas ketika harus berjibaku dengan pencuri motor di parkiran IPB
Semoga amal ibadahnya diterima Allah Swt.
Masih teringat di benakku, ketika kau menyapa kami, ternyata itu adalah sapaan yang pertama & terakhir.
 Semoga kesabaran selalu meliputi keluarga yang ditinggalkan.
KAMI MAHASISWA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA MENGUCAPKAN TURUT BERDUKA CITA ;-(

JUM’AT @IPB BOGOR, 2012

Riset


“REPORTONA LABORATORY AND REASONING ADAPTIFE”
THIS IS MY RISET.
HMmmmm.....
Lumayan....Nguras sagalana...
Luar Binasa.....
SMANGAT!!!!
CIPTAKAN MOMENTUM....
GO....GO...GO...
I CAN DO IT!
I MUST SPIRIT!
I BELIEVE IT!
I Langkah Lagi...
Terbang...........................................
MEJIKUHIBINIYU(My favorite Teory)

Cara bekerja Otak kanan & kiri

Anda termasuk yang seperti apa?


Silahkan dicermati ^^
                                                                                                                     Bogor, 04:25 WIB
                                                  Hujan..........

Serangan Jantung dan Stroke Lebih Sering Terjadi Pada Pekerja Shift


Suatu Penelitian menunjukkan bahwa bekerja pada shift malam atau jadwal non-tradisional lainnya dapat meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke.
Penelitian sebelumnya telah menghubungkan antara shift malam dengan faktor resiko penyakit jantung dan stroke termasuk tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, dan diabetes. Saat ini, peneliti yang mengumpulkan 34 penelitian yang melibatkan lebih dari 2 juta orang menemukan bahwa pekerja shift juga lebih mungkin untuk mengalami serangan jantung atau stroke.
Penelitian baru ini “memberikan pijakan yang kuat untuk menyatakan bahwa pekerjaan dengan shift berhubungan dengan peningkatan resiko serangan jantung dan stroke. Hubungan tersebut mungkin bersifat kausal, namun hal tersebut sulit diutarakan apabila hanya didasarkan pada penelitian observasional”, kata peneliti penelitian ini, Daniel G. Hackam, MD, PhD. Beliau merupakan asisten profesor University of Western Ontario, Canada.
Penelitian ini dipublikasikan secara online pada jurnal BMJ.
Mekanisme mengenai bagaimana kerja shift meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke belum dimengerti seluruhnya. Kerja shift dapat mengganggu siklus tidur-bangun alamiah tubuh. Pekerja shift juga lebih mungkin merokok dan memiliki pola makan yang tidak sehat. Dan mereka lebih jarang memiliki aktifitas fisik yang teratur.
Pada penelitian ini, kerja shift didefinisikan sebagai:
• Shift malam
• Shift rotasi
• Shift terbagi (misal: setengah shift di pagi hari dan setengah di sore hari)
• Jadwal non-siang hari lainnya
Pekerja shift malam dalam penelitian ini memiliki resiko serangan jantung dan stroke tertinggi, terutama dalam 10-15 tahun pertama pekerjaan.
Dibandingkan dengan orang yang bekerja pada siang hari, pekerja shift mengalami hal sebagai berikut:
• 23% lebih mungkin mengalami serangan jantung
• 5% lebih mungkin mengalami stroke
Namun penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak lebih mungkin mengalami kematian dibandingkan dengan pekerja siang hari.
Temuan tersebut tetap bertahan walaupun para peneliti memperhitungkan perilaku tidak sehat dan faktor-faktor lain yang meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke.
Pencegahan adalah kuncinya, kata Hackam. “Apabila anda merupakan pekerja shift, kenali faktor resiko anda dengan baik. Kunjungi dokter keluarga anda dan lakukan pemeriksaan fisik berkala. Dan mintalah pengukuran tekanan darah, lingkar pinggang, kolesterol, trigliserida, dan gula darah puasa.”
Hackam juga merekomendasikan tips-tips kesehatan berikut ini:
• Mengadopsi gaya hidup lebih sehat, termasuk membawa makanan sehat ke pekerjaan.
• Mengambil rehat “relaksasi” berkala
• Berhenti merokok
• Berolahraga.
Glenn Jacobowitz, MD, setuju bahwa pekerja shift merupakan kelompok resiko tinggi, beliau merupakan assosiate professor bedah dan wakil kepala bedah vaskuler di New York University Langone Medical Center di New York City.
“semua orang yang merupakan pekerja shift mungkin layak mendapatkan pemantauan medis setian enam sampai 12 bulan,” katanya. Kunjungan dokter tersebut sebaiknya mencakup pemeriksaan kolesterol, tekanan darah, dan resiko diabetes.
Pekerja Shift Dapat Menipu Otaknya Sendiri
“Temuan-temuan yang ada semakin bertambah mengatakan bahwa tidur yang buruk, buruk bagi kesehatan anda. Dan salah satu bentuk tidur yang buruk adalah [yang berhubungan dengan] kerja shift.” Kata Steven H. Feinsilver, MD. Ia adalah direktur dariCenter for Sleep Medicine di Mount Sinai Medical Center di kota New York.
Pekerja shift memiliki lebih sedikit tidur dibandingkan dengan orang yang bekerja dengan jadwal siang hari.
Sebagian besar orang tidak dapat langsung keluar dari pekerjaannya, terutama dengan kondisi ekonomi saat ini, namun pekerja shift bukan tidak berdaya samasekali, kata Feinsilver. “apabila anda bekerja pada shift malam, Dapatkanlah kacamata hitam paling gelap, kacamata terbaik yang dapat anda temukan untuk pulang ke rumah pada pagi hari sehingga anda dapat mengurangi paparan pada cahaya alami.”
Pastikan kamar tidur anda seperti gua – gelap, sunyi, dan dingin. “saat waktunya bangn, nyalakan setiap lampu yang dapat anda temukan.” Katanya. Teknik ini dapat membantu mengakali otak anda agar berpikir bahwa keadaan tersebut adalah malam atau pagi hari sehingga anda dapat memperoleh tidur yang cukup.
sumber jurnal:  D. G. Hackam, G. Parraga, et. al. Shift work and vascular events: systematic review and meta-analysis. BMJ 2012;345:e4800
http://www.bmj.com/content/345/bmj.e4800
                                                        
@Fakta ilmiah@

Belajar bahasa Asing membuat otak tumbuh


bagian otak yang mengalami pertambahan ukuran adalah hippocampus serta tiga area di dalam korteks cerebral.

Di Akademi Interpreter Angkatan Bersenjata Swedia, para rekrutan muda mempelajari bahasa baru dalam waktu yang sangat cepat. Dengan mengukur otak mereka sebelum dan sesudah pelatihan bahasa, sekelompok peneliti memiliki peluang yang hampir unik untuk mengamati apa yang terjadi pada otak ketika kita mempelajari bahasa baru dalam waktu singkat.
Pada Akademi Interpreter Angkatan Bersenjata Swedia di kota Uppsala, para pemuda yang berbakat dalam hal bahasa berawal dari ketidakmampuan berbahasa asing, seperti bahasa Arab, Rusia atau Dari, hingga menjadi lancar berbahasa asing hanya dalam jangka waktu 13 bulan. Dari pagi hingga sore, berhari-hari dan berminggu-minggu, para rekrutan ini belajar pada tingkat kecepatan yang tidak terdapat di tempat kursus lainnya.
Para peneliti menggunakan para mahasiswa di bidang kedokteran dan ilmu kognisi dari Universitas Umeå sebagai kelompok kontrol; para mahasiswa ini yang juga belajar keras tapi bukan mempelajari bahasa asing. Kedua kelompok, kontrol maupun bahasa, kemudian diberikan pemindaian MRI sebelum dan sesudah masa belajar selama tiga periode.
Hasilnya, struktur otak pada kelompok kontrol tidak mengalami perubahan, sedangkan bagian otak tertentu pada kelompok bahasa justru mengalami pertumbuhan. Bagian-bagian otak yang mengalami pertambahan ukuran adalah hippocampus — sebuah struktur di kedalaman otak yang terlibat dalam pembelajaran materi baru dan navigasi spasial — serta tiga area di dalam korteks cerebral.
“Kami terkejut bahwa bagian-bagian otak yang berbeda berkembang ke dalam derajat yang berbeda tergantung pada seberapa baik siswa menjalaninya dan seberapa besar upaya yang dilakukan dalam mengikuti kursus,” kata Johan Mårtensson, seorang peneliti psikologi asal Universitas Lund, Swedia.
Para siswa yang mengalami pertumbuhan lebih besar pada hippocampus dan area-area korteks cerebral, terkait dengan pembelajaran bahasa (girus temporal superior), selanjutnya memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik dibanding siswa lainnya. Pada siswa ini mengalami pertumbuhan pada wilayah motor korteks cerebral (girus frontal tengah), dan pada waktu selanjutnya memberi kemudahan bagi mereka dalam mempelajari bahasa serta berbagai pengembangan sesuai dengan kinerjanya.
“Sekalipun kami tidak bisa membandingkan studi bahasa intensif selama tiga bulan ini dengan menjadi bilingual dalam seumur hidup, ada banyak hal yang menunjukkan bahwa belajar bahasa asing merupakan cara yang baik dalam mempertahankan bentuk otak,” kata Mårtensson.
Kredit: Universitas Lund
Jurnal: Johan Mårtensson, Johan Eriksson, Nils Christian Bodammer, Magnus Lindgren, Mikael Johansson, Lars Nyberg, Martin Lövdén. Growth of language-related brain areas after foreign language learning. NeuroImage, 2012; 63 (1): 240 DOI: 10.1016/j.neuroimage.2012.06.043
                             

@Fakta ilmiah@