Sebuah evaluasi data
nasional oleh para peneliti UC Davis menemukan berat tambahan tidak mesti
berhubungan dengan resiko kematian yang lebih tinggi.
Ketika
membandingkan orang dengan berat normal, orang yang kegemukan tidak memiliki
resiko kematian lebih tinggi dalam periode follow up enam tahun. Orang yang
sangat gemuk memang memiliki resiko lebih tinggi, namun hanya jika ia juga
menderita diabetes atau tekanan darah tinggi.
Temuan
ini, yang muncul dalam edisi Juli-Agustus The Journal of
American Board of Family Medicine, mempertanyakan studi-studi sebelumnya –
memakai data yang dikumpulkan ketika kegemukan masih sedikit di masyarakat –
yang menghubungkan mortalitas jangka pendek dengan penambahan berat badan.
“Saat
ini ada keyakinan luas kalau
peningkatan berat badan akan meningkatkan resiko kematian, namun temuan kami
menunjukkan hal ini tidak berlaku,” kata Anthony Jerant, profesor kedokteran
keluarga dan masyarakat serta pengarang perdana studi ini. “Dalam bingkai waktu
enam tahun evaluasi kami, kami menemukan kalau hanya kegemukan parah yang
berasosiasi dengan peningkatan resiko kematian, karena komplikasi diabetes dan
tekanan darah tinggi.”
Berdasarkan
studi ini, Jerant merekomendasikan percakapan dokter dengan pasien yang
kegemukan, namun yang tidak parah, berfokus pada dampak negatif yang diketahui
mengenai kondisi fungsi mental dan fisik, daripada peningkatan resiko kematian
jangka pendek.
Sebagai
perbandingan, Jerant menambahkan kalau penting bagi dokter untuk bicara dengan
pasien yang sangat gemuk yang juga menderita diabetes atau tekanan darah tinggi
mengenai resiko kematian jangka pendek dan perawatannya, termasuk penurunan
berat badan.
“Hasil
kami tidak berarti kalau menjadi kegemukan bukan ancaman bagi kesehatan
individu atau publik,” kata Jerant. “Kondisi ini berdampak nyata pada mutu
hidup, dan atas alasan ini saja penurunan berat badan sudah harus disarankan.”
Dalam
melakukan studi ini, Jerant menggunakan data seluas negara tahun 2000 hingga
2005 dari hampir 51 ribu orang dewasa berusia 18 hingga 90 tahun yang
berpartisipasi dalam Medical Expenditure Panel Surveys mengenai
kesehatan dan ongkos kesehatan. Survey ini mencakup informasi mengenai kondisi
kesehatan seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.
Indeks
Massa Tubuh (Body mass index – BMI), atau berat berdasarkan tinggi, dihitung
untuk tiap responden. Studi ini mengkategorikan orang sebagai kurus (BMI <
20), normal (BMI 20 hingga <25), gemuk (BMI 25 hingga < 30), obesitas
(BMI 30 hingga 35) atau obesitas parah (BMI > 35).
Mortalitas
dinilai menggunakan National Death Index. Dari 50,994 orang dalam analisis UC
Davis, hanya 3 persen (1,683) yang wafat dalam enam tahun ke depan.
Para
peneliti menemukan kalau orang yang obesitas parah 1,26 kali lebih mungkin
meninggal saat follow up ketimbang orang dengan berat normal. Walau begitu,
jika orang diabetes atau tekanan darah tinggi dihapus dari data, mereka yang
gemuk, obesitas, atau bahkan obesitas parah memiliki tingkat kematian yang sama
atau bahkan lebih rendah dari orang normal. Konsisten dengan penelitian
sebelumnya, orang kurus hampir dua kali lebih mungkin meninggal daripada orang
normal, tidak melihat apakah ia juga menderita diabetes atau tekanan darah
tinggi.
Prevalensi
kegemukan dan obesitas telah meningkat dramatis dalam dekade terakhir. Diperkirakan
sepertiga dari semua orang dewasa di AS diatas usia 20 tahun tergolong obesitas
dan sepertiganya gemuk. Selain diabetes dan tekanan darah tinggi, masalah
kesehatan yang berasosiasi dengan kondisi ini mencakup penyakit jantung,
osteoarthritis, dan apnea tidur.
Hubungan
antara berat dan mortalitas adalah topik kontroversial dalam kesehatan publik.
Walaupun studi berdasarkan data yang dikumpulkan 30 tahun lalu menunjukkan
resiko kematian naik seiring meningkatnya berat, analisis data yang lebih
modern, termasuk dalam penelitian ini, mempertanyakan asumsi tersebut.
“Temuan
kami menunjukkan kalau resiko memiliki BMI di atas normal mungkin lebih rendah
daripada di masa lalu,” kata Jerant. “Sementara studi ini tidak dapat
menjelaskan alasannya, mungkin kalau kegemukan dan obesitas telah menjadi lebih
umum, dokter menjadi lebih sadar atas asosiasinya dengan isu kesehatan seperti
tingginya tekanan darah, kolesterol, dan gula darah, sehingga lebih agresif
dalam melakukan deteksi dini dan perawatan kondisi ini.”
Jerant
mengatakan kalau periode enam tahun penyelidikan ini membatasi kemampuan
membuat asumsi mengenai hubungan antara berat badan yang tidak sehat dan resiko
kematian dalam bingkai waktu lebih panjang.
“Kami
berharap temuan kami akan memicu studi lanjutan yang memeriksa hubungan
kegemukan atau obesitas dengan mortalitas jangka panjang,” kata Jerant.
Pengarang
lain studi ini adalah Peter Franks, profesor Jurusan Kesehatan Keluarga dan
Masyarakat UC Davis. Franks dan Jerant menggunakan data akses publik dalam
melakukan studi ini, yang tidak melibatkan pendanaan dari luar.
Sumber
berita:
Referensi
jurnal:
A.
Jerant, P. Franks. Body Mass Index, Diabetes, Hypertension, and Short-Term
Mortality: A Population-Based Observational Study, 2000-2006. The
Journal of the American Board of Family Medicine, 2012; 25 (4): 422 DOI: 10.3122/jabfm.2012.04.110289
@Fakta ilmiah@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar